English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
NAHDLATUL ULAMA BERKOMITMEN TETAP MEMPERTAHANKAN PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM WADAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Karena menurut NU, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI adalah upaya final umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia

Khitanan massal Musholla Baitul Hasan Keboijo Petarukan

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN Minggu, 01 November 2009 0 komentar

Seperti tahun tahun sebelumnya,tahun inipun jama'ah musholla BAITUL HASAN kembali mengadakan khitanan massal.sedikitnya ada 6 anak yang dikhitankan pada khitanan massal kali ini.acara ini pada mulanya dimaksudkan sebagai perwujudan bakti jama'ah musholla untuk membantu meringankan beban orang yang kurang mampu.namun kemudian pada prakteknya banyak juga peserta khitan yang berasal dari keluarga yang cukup mampu.hal ini membuktikan bahwa acara khitanan massal yang di gagas musholla Baitul hasan diterima oleh semua kalangan masyarakat.hingga warga yang secara ekonomi mapan pun tidak sungkan sungkan memasrahkan putranya untuk disertakan dalam khitanan massal yang diadakan oleh musholla Baitul hasan.

Khitanan massal itu sendiri merupakan satu dari rangkaian acara Halal bi halal.rangkaian pertama adalah di pagi hari ziarah bersama sama ke makam Kyai Ahmad Nawawi,yang merupakan tokoh masyarakat Petarukan dan sesepuh musholla.pada siang harinya adalah pawai khitanan massal yang diikuti oleh para santri TPQ Al fudlola dan beberapa santri madrasah diniyah Miftahul huda Petarukan.rute yang dilalui pawai biasanya berangkat dari gang Garuda4,lalu melewati jalan RA.Kartini dan belok kiri ke jalan Lingkar utara keboijo dan belok kiri masuk jalan Raden Saleh,kemudian melewati jalan Garuda dan masuk lagi ke jalan RA.Kartini kemudian kembali ke gang Garuda4,tempat dimana acara itu berlangsung.

Kemudian pada malam harinya,tepatnya ba'da isya,barulah acara inti halal bi halal tersebut di langsungkan.

Panitia tampak sibuk mengatur peserta pawai biar lebih tertib

Tampak dalam gambar,iring iringan pawai melintasi jalan ditengah perkampungan

Agar lebih meriah,bedukpun dibawa untuk mengiringi pawai

Anak anak kelihatan bersemangat mengikuti pawai meskipun kepanasan di bawah sengatan terik matahari

Tampak Jam'iyah maulid simthudduror turut serta memeriahkan pawai khitanan massal

Beberapa panitia ikut "mejeng" bersama anak khitan.tampak diantaranya ust.Utsman,ust.Munif dan ust.Zainuri da'iry bersemangat ingin nongol di website ini..

Salah satu peserta khitanan massal mengikuti pawai didampingi saudara saudaranya

Beberapa anak peserta khitanan sedang menunggu giliran untuk di"penggal" oleh mantri sunat

Salah seorang anak sedang menjalani prosesi khitanan

Pawai Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Panitia tampak sibuk mengatur peserta pawai biar lebih tertib

Pawai Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Tampak dalam gambar,iring iringan pawai melintasi jalan ditengah perkampungan

Beduk-pun ikut Pawai Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Agar lebih meriah,bedukpun dibawa untuk mengiringi pawai

Iring-iringan Pawai Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Anak anak kelihatan bersemangat mengikuti pawai meskipun kepanasan di bawah sengatan terik matahari

Tampak Jam'iyah maulid simthudduror turut serta memeriahkan pawai khitanan massal

Mejeng Tetap Berlaku dalam Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Beberapa panitia ikut "mejeng" bersama anak khitan.tampak diantaranya ust.Utsman,ust.Munif dan ust.Zainuri da'iry bersemangat ingin nongol di website ini..

Nur Slamet, Sopir Resmi Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Salah satu peserta khitanan massal mengikuti pawai didampingi saudara saudaranya

Dua Dari Sekian Peserta Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Beberapa anak peserta khitanan sedang menunggu giliran untuk di"penggal" oleh mantri sunat

Pemotongan 'Properti pria' dalam Khitanan massal

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Salah seorang anak sedang menjalani prosesi khitanan

Salah satu kegiatan Ikatan remaja Alhasan(IRHAS),adalah mengadakan rutinan simthudduror dua kali dalam sebulan tiap malam senin.seperti tampak dalam gambar,bertempat di rumah saudara Abdul muhyi bin Kyai Zainuri Ahmad, Tampak anak anak Duror sedang antusias mengikuti acara tersebut.

SERAT DJAWI>Belajar Budaya Sendiri

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar


PUSTAKA RAJA PURWA

Pustaka raja purwa adalah kumpulan cerita yang dipakai sebagai acuan oleh para dhalang dalam pertunjukan wayang kulit di pulau Jawa. Kumpulan cerita ini dikumpulkan dan dinyatakan secara tertulis oleh pujangga keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Rangga Warsita. Walaupun sumber cerita dari pustaka raja purwa ini berasal dari Mahabarata dan Ramayana dari India, namun beberapa isi detailnya telah disesuaikan dengan keadaan di pulau Jawa pada waktu itu.

Beberapa modifikasi cerita ini misalnya dewi Drupadi dalam cerita aslinya adalah istri dari kelima saudara Pendawa, tetapi dalam pustaka raja purwa ia hanya dinyatakan sebagai istri dari saudara tertua Pendawa yaitu Puntadewa (Yudistira). Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnya konflik sosial, karena seorang wanita tidak bisa mempunyai 5 orang suami. Hal ini penting karena di pulau Jawa, cerita wayang dipakai sebagai petuah, contoh dan pedoman hidup kebanyakan masyarakat pada waktu itu.

Judul lakon cerita dalam pustaka raja purwa ini ada lebih dari 177 lakon/lampahan dan di antaranya adalah (dalam bahasa Jawa):

1. Manikmaya, yaitu cerita mengenai Manik (Bathara Guru di kahyangan) dan Ismaya (Semar di alam marcapada/dunia).
2. Watugunung, yaitu cerita mengenai Raden Buduk dari kerajaan Gilingwesi yang mengawini ibunya sendiri.
3. Mumpuni, yaitu cerita mengenai perkawinan antara dewi Mumpuni dan bathara Yamadipati.
4. Wisnu krama
5. Bambang Kalingga/Sekutrem
6. Palasara krama
7. Dewabrata
8. Pandu lair
9. Narasoma kawin
10. Puntadewa lair
11. Suyudana lair
12. Bima bungkus
13. Arjuna lair
14. Yamawidura kawin
15. Pandhu papa
16. Palgunadi
17. Bale sigala-gala
18. Babad alas Wanamarta
19. Arimba
20. Mustakaweni
21. Antasena lair
22. Gathotkaca lair
23. Pergiwa-Pergiwati
24. Gathotkaca kawin
25. Gathotkaca dadi ratu
26. Sasikirana
27. Brajadenta mbalela.
28. ……
29. Wahyu cakraningrat
30. Jagal Abilawa
31. Kresna duta
32. Kresna gugah
33. Seta gugur
34. Bambang Wisanggeni
35. Pendawa dadu
36. Yudayana ilang
37. …
38. Arjunawiwaha
39. Sumantri ngenger
40. Dasarata kawin
41. Dewi Sinta lair
42. Rama kawin
43. Tundhungan
44. Rama duta
45. Rama gandrung
46. Rama tambak
47. Pejahipun Kumbakarna
48. Pejahipun Indrajid
49. Pejahipun Dasamuka
50. Sinta obong
51. Rama obong
52. Rama nitis
53. dan lain-lain.

Referensi

* Suluk, Kawruh Pedhalangan lan Macapat, Nanang Windradi, Penerbit Cendrawasih
.SERAT KALATIDHA
Serat Kalatidha atau Kalatidha saja adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita berbentuk tembang macapat. Karya sastra ini ditulis kurang lebih pada tahun 1860 Masehi. Kalatidha adalah salah satu karya sastra Jawa yang ternama. Bahkan sampai sekarang banyak orang Jawa terutama kalangan tua yang masih hafal paling tidak satu bait syair ini.

Latar belakang

Kalatidha bukanlah karya Rangga Warsita yang terpanjang. Syair ini hanya terdiri dari 12 bait dalam metrum Sinom. Kala tidha secara harafiah artinya adalah “zaman gila” atau zaman édan seperti ditulis oleh Rangga Warsita sendiri. Konon Rangga Warsita menulis syair ini ketika pangkatnya tidak dinaikkan seperti diharapkan. Lalu ia menggeneralisir keadaan ini dan ia anggap secara umum bahwa zaman di mana ia hidup merupakan zaman gila di mana terjadi krisis. Saat itu Rangga Warsita merupakan pujangga kerajaan di Keraton Kasunanan Surakarta. Ia adalah pujangga panutup atau “pujangga terakhir”. Sebab setelah itu tidak ada “pujangga kerajaan” lagi.

Arti singkat

Syair Kalatidha bisa dibagi menjadi tiga bagian: bagian pertama ialah bait 1 sampai 6, bagian kedua ialah bait 7 dan bagian kedua ialah bait 8 sampai 12. Bagian pertama ialah tentang keadaan masa Rangga Warsita yang menurut ialah tanpa prinsip. Bagian kedua isinya ialah ketekadan dan sebuah introspeksi diri. Sedangkan bagian ketiga isinya ialah sikap seseorang yang taat dengan agama di dalam masyarakat.

Petikan

Bait Serat Kalatidha yang paling dikenal adalah bait ke-7. Sebab bait ini adalah esensi utama syair ini. Amanat syair ini bisa diringkas dalam satu bait ini.

Amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya kéduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.

Menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
bagaimana akan mendapatkan bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

Takhtiman TPQ ALFUDLOLA Petarukan

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Tampak dalam gambar Ust.Khusnin Fadloli didepan para mukhotim

Ruang tengah musholla

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN 0 komentar

Gambar ini diambil waktu tengah malam bulan Ramadhan kemarin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
INGAT, PEMILU / PILKADA JANGAN GOLPUT :
SATU SUARA ADALAH SATU HARAPAN JIKA SATU SUARA TERBUANG BERARTI SATU HARAPAN HILANG
JIKA ANDA GOLPUT ANDA KEHILANGAN KESEMPATAN MEMPERBAIKI BANGSA INI

PEMBERITAHUAN LAMAN INI MENERIMA SUMBANGAN ARTIKEL KEASWAJAAN, KEBANGSAAN DAN KEINDONESIAN Kirimkan Artikel anda ke : alhasan-petarukan@gmail.com