Di bulan Maulud ini, alhamdulillah, benak si Otong nggak bisa lepas dari Baginda Rasul Shalallahu ' Alaihi Wa aalihi wasallam . Ketika diundang peringatan mauludan di kampung sebelah, si Otong sampai tak kuasa menahan air mata waktu mas Krisna, sang penceramah, memutar MP3 asyraqal-an di penghujung ceramahnya. Suara-suara yang mengatakan bid'ah pada mauludan kali ini sudah nyaris tak terdengar di kampung itu, yang menurut mas Krisna waktu ngobrol2 sehabis ceramah, "alhamdulillah, berkat ceramah2 dan khutbah2 nya pak Haji Yunus beberapa waktu lalu, mereka yg tadinya suka menuduh bid'ah itu bisa dikasih pengertian". " Cuma sayangnya", lanjut mas Krisna, masih dengan logat Jawanya yg kental, "beberapa orang masih kuatir jangan2 mauludan, simthud dhurar, dan shalawatan bisa menjurus kepada kultus individu. Gimana tuh menurut mas Otong? Njenengan kan deket ke wak Haji Yunus. Bagi2 dong ilmunya". "Kalau soal deket sih, Ujang tuh lebih deket lagi", Si Otong nyengir, sambil mengisyaratkan tangannya ke arah Ujang yang lagi sibuk nyomot makanan sana sini. "Sayang memang wak Haji Yunus masih di luar kota , jadi nggak bisa hadir hari ini. Tapi gini lho, Jlitheng kakangku", si Otong menirukan gaya Bima memanggil Sri Kreshna di pewayangan :-), "prinsipnya adalah, bahwa sesuatu itu dikatakan KULTUS individu kalau ianya melebihi dari apa yang seharusnya layak diterima individu itu. Contohnya mas Krisna kedatangan tamu seorang siswa SMU, terus mas Krisna memuji-mujinya seperti layaknya memuji seorang PhD matematika lulusan UQ. Terus lagi, mas Krisna menanyakan persoalan matematika pada level doktoral yang rumit karena yakin akan mendapat jawaban yang tepat darinya. Nah, ini namanya mas Krisna telah mengkultuskan siswa SMU tadi". "Sebaliknya", lanjut Otong, "jika sesuatu itu kurang dari selayaknya, maka ini dinamakan PENGHINAAN. Contoh, dalam kasus tamu siswa SMU itu tadi, sampeyan mengajaknya ikut ngebantu ngerjain PR matematikanya Sheila, putri sampeyan yang masih SD itu, misalnya, karena menganggap pengetahuan matematika tamu itu cuman segitu. Nah, ini namanya penghinaan, bukan?". "Iya ya, mas Otong. Sebetulnya sederhana aja nggih prinsipnya", timpal mas Krisna, "jadi kalau yang bukan KULTUS dan bukan PENGHINAAN itu namanya ADIL, nggih to?" "Betul, mas Krisna. Adil, sesuai sabda Imam Ali AS, adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Nah, sekarang tinggal kita apply-kan saja prinsip ini kepada amalan2 macam simthud dhurar, barzanjian, shalawatan dan lain2 pujian2 kepada Rasul SAW itu. Apakah amalan2 itu termasuk kultus individu atau bukan?" "Lha, kalau mereka masih ngotot bahwa shalawatan dan pujian2 yang terlalu banyak dan terlalu sering itu masuk kategori kultus individu, gimana tuh?" tanya mas Krisna. "Ya kita minta aja mereka membuktikannya. Tentu saja, harus didukung nash Al Quran dan Hadits. Sejauh yg saya tahu, dan saya yakin mas Krisna juga tahu, nggak ada tuh ayat Quran dan Hadits yg membatasi kita dalam bershalawat dan memuji Rasul SAW. Artinya, di luar ibadah2 yang udah tertentu tatacaranya seperti shalat misalnya, kita boleh saja bershalawat sebanyak dan sesering kita mampu." "Iya ya, nggak ada pembatasannya ya." "Itulah, mas Krisna. Justru Al Quran memerintahkan kaum mu'minin untuk bershalawat ke atas Rasul SAW, sebab Allah dan malaikat-Nya pun bershalawat. Di ayat yang lain, ketika menceritakan Mi'raj-nya Rasul SAW, Al Quran menyatakan kedekatan Rasul SAW kepada Allah ibarat dua busur panah, atau lebih dekat lagi. Ini sebuah ketinggian maqam yang luar biasa, lebih tinggi dari sidratul muntaha, yang nggak ada mahluk lainnya bisa mendekati. Di ayat lainnya lagi, Al Quran mengatakan "innama akramakum 'indallahi atqakum", dan tidak ada seorangpun muslimin yang meragukan bahwa Muhammad SAW adalah yang paling taqwa di antara seluruh manusia, jin dan malaikat. Maka, jelas sekali kesimpulan dari Al Quran adalah: Muhammad SAW itu mahluk PALING MULIA di sisi Allah. Dengan keadaan yang seperti ini, maka hanya ada SATU saja pembatas dalam kita memuji- muji dan bershalawat kepada Muhammad SAW." "Saya tahu, mas Otong", sela mas Krisna, " pembatasnya adalah: tidak menganggap Muhammad SAW sebagai Tuhan, bukan?" "Benar sekali, mas Krisna. Itulah satu-satunya pembatas. Makanya, selama kita nggak menganggap Muhammad SAW itu Tuhan, selama kita nggak menganggap Muhammad SAW itu punya independent power, selama kita masih berkeyakinan bahwa Muhammad SAW itu adalah Mumkin al Wujud, dan bukan Sang Wajib al Wujud, maka selama itu pula kita boleh memuji, berterimakasih, dan bershalawat kepada beliau SAW dan ahlulbaitnya AhS sebanyak dan sesering mungkin. Sungguh, kalau Allah tidak menciptakan Muhammad wa aali Muhammad ( shallawatullah ' alaihim ), semesta dan seisinya, termasuk kita semua ini, tidak akan tercipta. Karena itu, ucapkanlah sesering mungkin, dibarengi kekhusyukan hati: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad." Ya abal Qaasim, ya rasulallah, ya imam arrahmah, ya syafii'al ummah, ya kaasyifal ghummah Ya hujjatallahi 'ala khalqih, ya sayyidana wa maulana inna tawajjahna wastasyfa'na wa tawassalna bika ilallah wa qaddamnaaka baina yaday haajaatina fiddunya wal aakhirah ya wajiihan 'indallah, isyfa'lana 'indallah Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad
INGAT, PEMILU / PILKADA JANGAN GOLPUT :
SATU SUARA ADALAH SATU HARAPAN JIKA SATU SUARA TERBUANG BERARTI SATU HARAPAN HILANG
JIKA ANDA GOLPUT ANDA KEHILANGAN KESEMPATAN MEMPERBAIKI BANGSA INI
SATU SUARA ADALAH SATU HARAPAN JIKA SATU SUARA TERBUANG BERARTI SATU HARAPAN HILANG
JIKA ANDA GOLPUT ANDA KEHILANGAN KESEMPATAN MEMPERBAIKI BANGSA INI
0 komentar