Islam merupakan agama multi dimensi dengan beragam pengamalan ajaran, interpretasi hukum, dan aliran-aliran yang turut melegitimasi Islam dalam poros agama yang ramatan lil ‘alamin.
Islam dalam sejarah kosmologinya hingga di masa kontemporer, dipelajari dengan pendekatan faham keagamaan yang berimplikasi pada munculnya firqah (kelompok-kelompok keagamaan) dan didalamnya juga terdapat sekte-sekte yang jumlahnya tidak sedikit.
Sunni atau sering disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau biasa disingkat Aswaja, merupakan salah satu golongan yang berkembang dengan paham pemikiran keagamaan (teologi) lahir menjadi jalan tengah terhadap rentetan konflik khilafah (pemerintahan dengan penguasa tunggal seorang khalifah) yang berkepanjangan sehingga mengerucut menjadi konflik ideologi dan akidah sebagai aspek fundamen terhadap legitimasi masing-masing pihak yang bertikai.
Berbagai firqah muncul pada masa Khulafa’ur Rasyidin dengan ideologi dan pemikiran yang berbeda. Pertama, munculnya kelompok yang mengkultuskan sayyidina ‘Ali, yang kemudian menjadi Syi’ah, inilah firqah pertama dalam sejarah perpecahan teologi Islam. Dan kedua kelompok khawarij yang merupakan gabungan “barisan sakit hati” dari pendukung ‘Ali dan pendukung Mu’awiyah yang tidak menerima gencatan senjata atas keduanya, mereka menganggap bahwa kedua pihak telah sama-sama melanggar hukum Tuhan dengan menerima damai terhadap kesalahan musuh masing-masing. Dan pelanggaran terhadap hukum Tuhan mereka fatwakan sebagai dosa besar yang menyebabkan pada kekafiran.karena menurut mereka, semua dosa adalah besar, tidak ada yang namanya dosa kecil, dan pelakunya lepas dari ke-islam-annya walaupun sebelumnya telah bersyahadat. Sementara itu, Muncul pula kelompok yang berbeda pola pandang dengan khawarij, mereka menamakan diri Murji’ah. Mereka menyatakan, bahwa orang yang dalam hatinya telah mempercayai wujud Allah maka orang itu sudah mu’min sekalipun ia menyembah berhala dan tidak pernah beribadah maka orang itu sudah pasti selamat di akhirat karena sudah punya iman, aliran ini merupakan lawan (kebalikan) dari Khawarij.Islam dalam sejarah kosmologinya hingga di masa kontemporer, dipelajari dengan pendekatan faham keagamaan yang berimplikasi pada munculnya firqah (kelompok-kelompok keagamaan) dan didalamnya juga terdapat sekte-sekte yang jumlahnya tidak sedikit.
Sunni atau sering disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau biasa disingkat Aswaja, merupakan salah satu golongan yang berkembang dengan paham pemikiran keagamaan (teologi) lahir menjadi jalan tengah terhadap rentetan konflik khilafah (pemerintahan dengan penguasa tunggal seorang khalifah) yang berkepanjangan sehingga mengerucut menjadi konflik ideologi dan akidah sebagai aspek fundamen terhadap legitimasi masing-masing pihak yang bertikai.
Selain golongan yang disebut diatas, lahir pula golongan Jabariyah yang berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai daya apapun untuk melakukan kehendak, semua yang terjadi merupakan kehendak Allah semata, termasuk ketika seorang muslim melakukan dosa, mereka berpendapat bahwa dosa tersebut atas kehendak dan sebab pertolongan Allah, bukan kehendak orang yang melakukannya. Kemudian muncul reaksi dari kelompok yang berseberangan faham dengan kelompok ini, yakni kelompok yang menamakan diri Qadariyah, yaitu kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak dan kuasa penuh atas dirinya tanpa membutuhkan kuasa Allah, mempunyai daya untuk melakukan apa yang diinginkannya serta menanggung konsekuensi (akibat) dari seluruh perbuatannya, karena apa yang dilakukan manusia, semua atas kehendak dan kemampuan manusia itu sendiri. Akibatnya, faham ini mendorong lahirnya golongan Mu’tazilah yang berorientasi pada rasionalisasi pemahaman keagamaan. Mereka menerima ajaran agama setelah disesuaikan dengan rasio mereka. Adapun Mujassimah/ Musyabbihah, aliran ini lahir jauh setelah Ahlus Sunnah wal Jama’ah muncul, karena kelompok ini hayalah sekelompok kecil pengikut “Anti Ta’wil” terhadap teks Al-Qur’an, yang salah satu pengikut aliran ini bernama Ahmad Taqiyuddin bin Abu Abbas bin bin Syihabuddin bin Abdul Mahasin bin Abdul Halim bin Syeikh Majdudin Abil Barakat bin Abdussalam bin Abi Muhammad Abdillah bin Abi Qasim Al-Khadr bin Muhammad Al-Khadr bin Ali bin Abdillah atau yang sering kita kenal dengan Ibnu Taymiyah yang berabad-abad kemudian menjadi orang yang berpengaruh dalam perjalanan spiritual pendiri sekte Wahabi, yakni Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdi.
Sebetulnya, masih ada firqah-firqah lain yang tidak begitu populer yang jumlahnya tidak sedikit yang muncul sesudah Ahlus Sunnah wal Jama’ah mapan sebagai kelompok mayoritas umat Islam di seluruh dunia . Namun yang kami sebutkan diatas kiranya cukup untuk menggambarkan betapa carut-marutnya pemikiran “Teologi Islam” dipersimpangan pemahaman, dan sekaligus membuka mata bahwa aliran Wahabiyah merupakan "aliran baru" dalam pemikiran Islam yang muncul bersama pendirinya.
Di tengah-tengah meruncingnya pertentangan ideologi dan politik saat itu yang kemudian menjadi pertentangan akidah, muncul lah nama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang mengusung ajaran Nabi sebagai dasar ideologi. Aliran ini menghadirkan lagi kemurnian ajaran Islam dan membersihkannya dari kontaminasi politik dan lumpur ideologi yang berasal dari pertentangan kepentingan kelompok yang sudah mulai memecah-mecah Islam dan kaum muslimin hingga ke ranah akidah.
Kelompok ini mendapat sambutan hangat dan cepat berkembang di tengah-tengah kegersangan akidah umat, adalah Abu Hasan bin ‘Ali bin Isma’il Al-Asy’ari atau lebih dikenal dengan Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324,M.) dan Abu Mansur Al-Maturidi sebagai orang yang mengkodifikasi anasir ajaran Nabi yang tidak sempat terfikirkan oleh pemuka-pemuka golongan pada saat itu. Saya pribadi sangat tidak setuju bila dua ulama ini disebut sebagai konseptor teologi aliran ini, karena “konseptor” Ahlussunnah wal Jama’ah sebenarnya adalah Rasulullah SAW. Dan ini berarti Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan Islam yang murni yang sesuai dengan yang diajarkan Kanjeng Nabi, karena faham ini ada sejak masa beliau SAW masih hidup. Jadi Ahlus Sunnah wal Jama’ah bukanlah Counter Argument, atau Reaction dari munculnya firqah-firqah saat itu, namun inilah Islam yang sesungguhnya. Hanya saja dua ulama inilah yang menyuguhkannya (berijtihad) ditengah kehausan umat akan akidah yang benar.
Di Indonesia, Islam Sunni atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah lebih dikenal sebagai aliran yang konservatif atau tradisionalis yang tetap mempertahankan konsep salafiyah dengan mengkolaborasikan adat dan kearifan lokal, nilai-nilai luhur budaya dan tradisi di masyarakat.
Dalam perjalanannya, Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Indonesia telah melebur menjadi Islam yang bercorak Nusantara yang menjadi ciri khas dan pembeda dengan Islam di negara-negara mayoritas muslim seperti Mesir, Sudan, Syiria, Yaman dan lain-lain.
Islam Sunni atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau yang biasa kita singkat Aswaja, mengalami pelembagaan sejak kehadiran Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari bersama koleganya, KH. Wahab Chasbullah berhasil mempelopori berdirinya jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi pionir dan benteng dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan faham dan i’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah di bumi Indonesia.
0 komentar