English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
NAHDLATUL ULAMA BERKOMITMEN TETAP MEMPERTAHANKAN PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM WADAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Karena menurut NU, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI adalah upaya final umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia

Mengenal Pendiri NU : KH. M. Hasyim Asy'ari.

Diposting oleh Musholla BAITUL HASAN Senin, 03 September 2012

Judul asli : Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari
(Pendiri Nahdlatul Ulama)
*Oleh : KH. Zakaria Anshor

Kelahiran dan Isyarat beliau
* KH. M. Hasyim Asy'ari dilahirkan pada hari Selasa Kliwon tanggal 14 Februari 1871 M. bertepatan dengan 24 Dzulqo’dah 1287 H di Pondok Gedang, sebuah pondok yang masyhur kala itu, di desa Tambak rejo- 2 KM. dari kota Jombang.
* Beliau berada dalam kandungan sang ibu selama 14 bulan.
Masyarakat jawa kala itu memiliki keyakinan bahwa masa kandungan yang panjang mengindikasikan kecemerlangan sang bayi dimasa mendatang.
* Suatu hari, ketika sedang menampi beras, Nyai Halimah, Sang ibu mendapati berasnya berubah wujud menjadi emas. Lantas beliau bergegas melaksanakan shalat Dhuha. Setelah shalat beliau berdoa: “Ya Allah, Saya tidak meminta harta, Saya hanya meminta kepadamu agar anak keturunanku menjadi orang-orang yang baik dan berguna bagi agama-Mu”.
* Saat kehamilannya sang ibu bermimpi melihat bulan purnama jatuh dari langit tepat mengenai perutnyayang sedang mengandung jabang bayi Hadhratus Syaikh.

Orang tua beliau
* Ayah Hadhratus Syaikh bernama Kiai Muhammad Asy’ari, seorang ulama tangguh berasal dari Gubug, Purwodadi, Jawa tengah. Beliau adalah keturunan kelima Abdurrahman alias Joko Tingkir.Menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren diantaranya Demak, Kudus, Jombang. Kemudian, di desa keras, beliau mendirikan masjid dan pondok pesantren sebagai pusat peribadatan dan pembelajaran bagi masyarakat sekitar. Dan disana pulalah beliau dimakamkan.
* Ibunya, Nyai Halimah , adalah putri pasangan Kiai Utsman dan Nyai Layinah. Kiai 'Utsman adalah pendiri pondok pesantren yang terletak di sebelah selatan pondok Gedang. Karena beliau ahli thoriqat, maka pondok beliau ini masyhur akan ilmu thoriqatnya. Ayah Nyai Layinah bernama Kiai Abdus Salam yang dikenal dengan gelar Kiai Sihah.

Pendidikan dan guru-guru beliau.
* ketika usianya mencapai 8 tahun, Hasyim kecil menerima didikan dari sang Ayah hingga usianya 13 tahun. Sebelumnya ia telah dididik oleh kakeknya di pesantren Gedang.
* Ketika usianya telah genap 15 tahun, dengan disertai doa dan restu orang tuanya, Hasyim mulai mengembara Thalabul ilmi di beberapa pondok pesantren di tanah Jawa. Diantara pesantren yang pernah beliau singgahi adalah ;
1. Pondok Pesantren Wonokoyo di Pasuruan,
2. Pondok Pesantren Langitan di Tuban,
3. Pondok Pesantren Trenggilis di Surabaya,
4. Pondok Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo, dan
5. Pondok Pesantren Syaikhona Kholil di Demangan-Bangkalan Madura.
* Pada tahun 1892 M. beliau pergi ke tanah haram untuk memperdalam ilmu disana. Diantara guru-guru beliau di Makkah ialah;
1. Syaikh Muhammad Mahfudz At-Tirmasi,
2. Syaikh Syuaib ibn Abdurrahman,
3. Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi,
4. Syaikh Ahmad Amin At-Ththar,
5. Syaikh Said Yamani,
6. Syaikh Bafaddlal,
7. Sayyid Abbas Al-Maliki,
8. Sayyid Sulthan Hasyim Ad-Daghistani,
9. Sayyid Ahmad bin Hasan Al-Atthas,
10. Sayyid Alwi bin As-Segaf,
11. Sayyid Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi,
12. Sayyid Husain bin Muhammad Al-Habsyi, yang saat itu menjadi mufti di Makkah. Hasyim muda juga sempat pula berguru pada;
13. Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Aljawi,dan
14. Syaik Abdus Syakur, ulama Makkah asal Surabaya.
* Dari kesekian banyak guru-guru beliau yang paling berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan beliau adalah Syaikh Muhammad Mahfudz ibn Abdullah At-Tirmasi, sehingga menjadikan beliau seorang ulama ahli hadits yang pertama di tanah Jawa.


SANAD-SANAD KEILMUAN.
* Sanad ilmu hadits beliau :
1. Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari Al-Jumbani,
2. Syaikh Muhammad Mahfudz ibn Abdullah At-Tirmasi,
3. Syaikh Abi Bakr bin Muhammad Syatta Al-Makki,
4. Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan,
5. Syaikh ‘Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi,
6. Syaikh Muhammad bin ‘Ali Asy-Syanwani,
7. Syaikh ‘Isa bin Ahmad Al-Barawi,
8. Syaikh Ahmad Ad-Dafry,
9. Syaikh Salim bin Abdullah Al-Bishri,
10. Ayahnya Syaikh Abdullah bin Salim Al-Bishri,
11. Syaikh Muhammad bin A’lauddin Al-Babili
12. Syaikh Salim bin Ahmad As-Sanhuri,
13. Syaikh An-Najm Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi,
14. Syaikh Al-Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshary,
15. Syaikh Al-Hafidh Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-Atsqalany,
16. Syaikh Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi,
17. Syaikh Abi Al-Abbas Ahmad bin Abi Thalib Al-Hijar,
18. Syaikh Al-Husain bin Al-Mubarak Az-Zabidi Al-Hanbaly,
19. Syaikh Abi Al-Waqt Abdul Awwal bin ‘Isa As-Sajasy
20. Syaikh Abdr Rahman bin Mudzaffr Ad-Dawudy,
21. Syaikh Abdullah bin Ahmad As-Sarkhasy,
22. Syaikh Abi Abdullah bin Muhammad bin Yusuf Al-Faribary,
23. Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin ‘Ismail Al-Bukhary bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardzabah (Imam Al-Bukhary)

* Sanad ilmu Fiqh beliau:
1. Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari Al-Jumbani,
2. Syaikh Muhammad Mahfudz ibn Abdullah At-Tirmasi,
3. Syaikh Abi Bakr bin Muhammad Syatta Al-Makki,
4. Sayyid Ahmad bin zaini Dahlan,
5. Syaikh ‘Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi,
6. Syaikh Muhammad bin ‘Ali Asy-Syanwani,
7. Syaikh ‘Isa bin Ahmad Al-Barawi,
8. Syaikh Ahmad Ad-Dafry,
9. Syaikh Salim bin Abdullah Al-Bishri,
10. Ayahnya Syaikh Abdullah bin Salim Al-Bishri,
11. Syaikh mMansur Ath-Thukhi,
12. Syaikh Sulthan bin Ahmad Al-Muzahi,
13. Syaikh Nuruddin ‘Ali Az-Ziyadi,
14. Al-Imam Ibn Hajr Al-Haitami,
15. Syaikh Al-Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshary,
Dari jalur lain;
10. Syaikh Abdullah bin Salim Al Bishry,
11. Syaikh ‘Ali Asy-Syibromullasi,
12. Syaikh ‘Ali Az-Ziyadi,
13. Syaikh ‘Ali Al-Halaby,
14. Al-Imam Muhammad bin Ahmad Ar-Romli,
15. Syaikh Al-Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshary,
Dari jalur lain;
10. Syaikh Abdullah bin Salim Al-Bishry,
11. Syaikh Manshur Ath-Tukhi,
12. Syaikh Sulthon bin Ahmad Al-Muzahi
13. Syaikh Salim Asy-Syibsyiri
14. Syaikh Muhammad bin Ahmad alkhothib Asy-Syirbini
15. Syaikh Al-islam Zakaria bin Muhammad Al-anshary,
16. Syaikh Jalaludin Muhammad bin Ahmad Almahally
17. Syaikh Abi Zur’ah Ahmad bin Abd Rohim Al-Iraqy
18. Syaikh Abd Rohim bin Husain Al-Iraqy
19. Syaikh ‘Alauddin Al-‘Aththor
20. Al-imam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya An-nawawy
21. Syaikh Kamaluddin Sallar Al-Ardabily
22. Syaikh Muhammad bin Muhammad Shohib Asy-Syamil
23. Syaikh Abd Ghofar Abd Rohman Al-Quzwiny
24. Al-imam Al-Qosim Abd Karim Ar-Rofi’i
25. Syaikh Ibn Fadhl bin Yahya,
26. Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghozaly
27. Syaikh Imam Al-Haramain,
28. Syaikh Abd Malik Al-Juwainy,
29. Syaikh Abdullah Al-Juwainy,
30. Syaikh Al-Qoffal As-Shoghir,
31. Syakh Abi Zaid Al-Mirwazy,
32. Syaikh Abi Ishaq Al-Mirwazy,
33. Syaikh Ahmad bin Suraij Al-Baghdady,
34. Syaikh ‘Utsman Al-Anmathi,
35. Syaikh Ismail Al-Muzany,
36. Al-Imam Al-A’dhom Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i,
37. Al-Imam Malik,
38. Al-Imam Nafi’
39. Ibn Umar bin Al-Khattab,
40. Shohibus Syari’ah Rasulillah Shallahu ‘Alaihi Wasalam

* Disamping itu ada silsilah yang menarik yang kesemuanya dari ulama Nusantara :
1. Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari Al-Jumbani,
2. Syaikhina Kholil Bangkalan,
3. Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi,
4. Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari,
5. Syaikh Abd Shomad Al-Falimbany,
6. Syaikh ‘Aqib bin Hasanuddin Al-Falimbany,
7. Syaikh Muhammad Thoyyib bin Ja’far Al-Falimbany,
8. Syaikh Al-Musnid Ja’far bin Muhammad Badruddin Al-Falimbany,
9. Syaikh Al-Musnid Muhammad bin ‘Alauddin Albabily,
10. Syaikh Al-Musnid Ahmad bin Salim As-Sanhuri,
11. Al-Imam Ibn Hajar Al-Haitamy,
12. Syaikh Al-Islam Zakaria bin Muhammad Al-anshary.


BERTEMU DENGAN KH. AHMAD DAHLAN
*Diantara guru beliau ada seorang ulama kontroversial yaitu Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, seorang ulama Nusantara yang telah mendapat izin mengajar sekaligus menjadi imam dan khatib di Masjidil haram.
Beliau mendukung gerakan pembaharuan Islam yang saat itu sedang digalakkan oleh Muhammad Abduh di Mesir dalam hal menepis Islam dari pengaruh ajaran-ajaran thareqat. Sementara para ulama Nusantara lainnya yang berada di Makkah seperti Al-Imam Nawawi, Syaikh Muhammad Mahfudz ibn Abdullah At-Tirmasi, Syaikh Abd Karim dsb semuanya mendukung gerakan thareqat seperti guru-guru Kiai Hasyim yang lain. Meski demikian Ahmad Khatib menolak konsep Muhammad Abduh yang mengajak umat Islam untuk tidak bertaqlid alias berijtihad sendiri-sendiri (langsung mengambil dari Al Qur’an.red).

* Dimajlisnya banyak santri-santri Indonesia yang belajar pada Syaikh Ahmad Khatib, terutama dari Sumatera,bahkan tidak sedikit yang kemudian tertarik dengan ide Muhammad Abduh dan kemudian mereka berpindah ke Mesir untuk belajar di Al-Azhar. Dari mereka inilah awal munculnya gerakan modernisasi Islam di Indonesia. Dan di sinilah Kiai Hasyim bertemu dengan Ahmad Dahlan,seorang pendiri Muhammadiyah yang mengamini sepenuhnya pemikiran Ahmad Khatib. Sementara Kiai Hasyim dengan bekal ilmu dari tanah air yang cukup dan intensifitas beliau dengan Syaikh Muhammad Mahfudz ibn Abdullah At-Tirmasi sama sekali tidak terpengaruh kecuali dengan semangatnya membangkitkan ummat Islam Nusantara dari keterpurukan.

JASA DAN PERJUANGAN.
Mendirikan Pesantren.
Sepulangnya di tanah air Kiai Hasyim Mendirikan Pondok Pesantren dengan membeli sebidang tanah milik seorang dalang ternama di desa Tebuireng, tepatnya pada tanggal 26 Rabi’ul awal 1317 H. (sekitar tahun 1899 M.). Di situlah beliau tinggal bersama santri-santri yang berawal hanya 8 orang. Kemudian dalam tempo 3 bulan jumlah santri bertambah hingga 28 orang.
*Pada mulanya beliau mendapat tantangan keras dari lingkungan yang memang dikenal sebagai kampung hitam, karena mayoritas penduduknya adalah pemabuk, penjudi, pencuri dan para perampok.
Berbagai gangguan dan rintangan telah mengancam beliau dan para santri hingga akhirnya beliau meminta bantuan para kiai di Cirebon yang terkenal akan keampuhannya itu. Mereka adalah; Kiai Sholeh Benda, Kiai Abdullah Pangurangan, Kiai Syansuri Wanantara, Kiai Abdul Jamil Buntet dan Kiai Abbas Kempek.
* Dari riadloh para Kiai inilah lambat laun musuh yang terdiri dari para preman dan geng desa Tebuireng akhirnya tunduk dan takluk di hadapan Kiai Hasyim. Bahkan diantara mereka ada yang minta diajari ilmu beladiri dan ilmu hikmah, bahkan tak sedikit pula yang akhirnya ikut menjadi santri dengan belajar, mengaji dan beribadah di pesantren tersebut.
* Keberadaan pesantren Tebuireng semakin diakui oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat Tebuireng dan Jombang semata namun banyak pula orang-orang dari daerah lain yang ikut mondok menuntut ilmu pada Kiai Hasyim. Tercatat pada tahun 1915-an, Jumlah santri pesantren Tebuireng telah mencapai 2.000 orang yang berasal dari berbagai penjuru tanah air. Bahkan pondok pesantren Tebuireng mendapat pengakuan resmi oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 6 Februari 1907 M.

Mendirikan Jam’iyyah NU.
Cepat atau lambat gerakan pembaharuan Islam oleh Wahhabi di Arab Saudi sampai juga di Nusantara yang dibawa oleh sebagian alumni-alumni dari Timur Tengah. Sebagai langkah antisipasi, pada tanggal 16 Rajab 1344 H. bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. di kampung Kertopaten Jombang Jawa timur, beliau mendirikan jam’iyyah Nahdlatul Ulama bersama KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syamsuri dan ulama-ulama besar lainnya, dengan azas dan tujuan yangnya “Memegang teguh pada salah satu mazhab yang empat dan mengerjakan apa apa yang membawa kemaslahatan bagi agama Islam”.
* KH.Hasyim Asy’ari terpilih menjadi Ro’is Akbar NU, sebuah jabatan ditubuh NU yang hingga kini tidak ada seorangpun yang menyandangnya. Beliau jualah yang menyusun Qonun Asasi (peraturan Dasar) yang menjadi acuan dasar garis perjuangan NU dalam menjaga dan melestarikan faham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. NU sebagai wadah yang menghimpun ulama Nusantara dengan sistem organisasi, tentu bukan hal mudah untuk menyatukan ulama yang berbeda-beda dalam sudut pandangnya.
* Beliau melihat perjuangan yang dilakukan sendiri-sendiri akan membuka peluang yang lebih besar bagi lawan untuk menghancurkannya, baik itu penjajah atau mereka yang ingin memadamkan sinar syi’ar Islam di Nusantara, dengan cara mengadu domba antar sesame. Oleh karena itu beliau berfikir mencari jalan keluarnya yaitu dengan membentuk sebuah organisasi dengan dasar-dasar yang dapat diterima oleh ulama ulama lainnya.

Mendirikan Majalah.
* Untuk membudayakan tulis menulis dikalangan warga NU, bersama KH.Abdul Wahab Chasbullah, beliau mendirikan “Soeara Nahdlatoel Oelama” majalah yang edisi perdananya terbit pada tanggal 1 Shafar 1346 H./ 1930 M. (empat tahun setelah NU didirikan). Selain berisikan informasi penting tentang laju perkembangan NU, didalamnya juga menyuguhkan berita-berita aktual seputar nasional. Majalah ini memiliki cirri khas yang tak dijumpai di surat kabar lainnya, yakni bertuliskan jawa pegon (bahasa jawa yang ditulis dengan huruf hija’iyah) -hal ini memungkinkan kaum kolonial / Belanda tidak bisa menyerap sepenuhnya informasi dari majalah ini-,red. Atas prakarsa dari beliau inilah kini telah beredar banyak majalah NU di Nusantara yang menjadikan generasi muda NU gemar untuk tulis menulis.
* Beliau juga sering mengisi kolom pada majalah dan surat kabar pada waktu itu, seperti Pandji Masjarakat, Soeara Masjoemi, dan Soeara Nahdlatoel Oelama sendiri. Tulisan beliau biasanya berbentuk artikel, fatwa, ceramah dan jawaban atas pertanyaan para pembaca (beliau sebagai pengasuh rubric Tanya jawab masalah fiqhiyah).
* Disamping itu beliau juga berperan besar pada pendirian kelompok-kelompok diskusi seperti Nahdlatoel Wathon (kebangkitan tanah air), didirikan pada tahun 1916, dan Taswirul Afkar pada tahun 1918. (Dikenal juga dengan nama Nahdlatul Fikri atau kebangkitan pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (pergerakan kaum saudagar). Serikat ini dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Sedangkan Taswirul Afkar tampil sebagai kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat kala itu, hingga memiliki cabang di beberapa kota.
* Waktu yang digunakan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk menulis biasanya adalah pagi hari antara jam 10.00 sampai menjelang Dhuhur. Selain untuk menulis, waktu ini biasanya beliau gunakan untuk istirahat, membaca kitab dan atau menerima tamu yang rata-rata sekitar 50 orang setiap harinya.


Karya-karya beliau.
* Diantara karya-karya beliau adalah;
1. Al-tibyan fi an-nahy’an muqatthah al-arham wa al-aqarib wa al-ikhwan. Berisi penjelasan tentang larangan memutus silaturrahim sanak family, kerabat dan saudara.
2. Mukaddimah al-qanun al-asasy li jam’iyyah nahdlat al ‘ulama, Berisi pembukaan undang-undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdlatul Ulama.
3. Risalah fi ta’kid al akhdz bi mazhab al aimmah al arba’ah, Risalah yang menerangkan memperkuat berpegang teguh pada madzhab empat.
4. Mawaidz, Berisi beberapa nasihat penting.
5. Arba’in haditsan tata’alliq bi mabadi’ jam’iyyah nahdlat al ‘ulama , Berisi 40 hadits Nabi yang terkait dengan dasar-dasar jam’iyah Nahdlatul Ulama.
* Kelima kitab beliau yang disebut diatas dihimpun menjadi satu kitab yang diberi nama At-Tibyan, berjumlah 41 Halaman.

6. An nur al mubin fi mahabbah sayyid al mursalin, kitab yang menerangkan cinta kepada pimpinan para rasul, Rasulullah SAW.
7. At tanbihat al wajibat liman yashna al maulid bi al munkarat. Berisi peringatan bagi yang mengadakan perayaan maulid dengan dicampuri perbuatan yang dilarang syari’at.
8. Risalah ahlu al sunnah wa al jama’ah fi al hadits al mauta wa syar as sa’ah wa bayan mafhum al sunnah wa al bid’ah, Risalah yang menerangkan hadits-hadits yang menjelaskan tentang kematian serta tanda-tanda hari kiamat dari sudut pandang Ahlussunnah wal Jama’ah.
9. Ziyadah ta’liqat a’la mandzumah as syaikh ‘abdullah bin yasin al fasuruany, Berisikan tambahan terhadap nadzom syaikh ‘abdullah bin yasin al fasuruany.
10. Dzu’ul misbah fi bayan ahkam an nikah, Cahayanya sebuah pelita yang benderang tentang hokum-hukum pernikahan.
11. Ad durasul muntasyirah fi masa’il tis’a ‘asyarah, Mutiara yang memancar dalam menerangkan 19 masalah.
12. Hasyiyah ‘ala fath ar rahman bi syarah risalah al wali ruslan li syaikh al islam zakariya al anshari, Komentar atas kitab Fathur Rahman penjelas kitab Risalah Al Wali Ruslan karya Syaikh Al Islam Zakariya Al Anshari.
13. Ar risalah al tauhidiyah, Berisi Risalah tentang ketauhidan.
14. Al qala’id fi bayani ma yajibu min al aqa’id, Juga menerangkan tentang Tauhid.
15. Ar risalah fi al tashawuf , Menerangkan tentang ilmu Tashawuf.
16. Adab al ‘alim wa al muta’allim fi ma yahtaju ilaihi al muta’allim fi ahwal ta’limih wa ma yatawaqqaf ‘alaihial mu’allim fi maqat ta’limih, Kitab penting berisi kode etik para Kiai dan santri.
Kitab ini dianggap paling fenomenal, Menjadi salah satu bidang studi di berbagai lembaga pendidikan. Juga sering dijadikan para mahasiswa dalam membuat tesis maupun skripsi.

Gelar Hadhratus Syaikh.
* Bila Kiai Kholil Bangkalan terkenal dengan sebutan “Syaikhona Waliyullah”, Maka KH. M. Hasyim Asy’ari mendapat gelar “Hadhratus Syaikh”. Gelar Maha Guru ini muthlaq diberikan kepada Kiai Hasyim sebab hampir seluruh ulama di tanah Jawa pernah berguru kepada beliau.Tercatat seperti KH. Abdul Karim, Pendiri ponpes Lirboyo Kediri, KH. Wahab Chasbullah, ponpes Tambak beras, KH. Romli, ponpes Darul ‘ulum, Dll.
* Meski demikian, Hal ini tidak membuat beliau sombong, beliau tidak pernah menyebutkan gelar itu sama sekali. Padahal beliau sangatlah patut menyandang gelar tersebut.terbukti pada manuskrip asli karya-karya beliau, Disana tidak tercantum embel-embel tersebut menyertai nama beliau, seperti kiai, haji, syaikh, ‘alim, apalagi ‘allamah. Akan tetapi beliau lebih memilih embel-embel yang sifatnya merendahkan diri kepada Allah SWT, beliau selalu menyertakan kata-kata Al-Faqir, Al-Haqir, sebelum namanya disebut.
Inilah salah satu sifat tawadlu’ yang beliau miliki.

Kepergian Beliau.
* Bagaimana pun hebatnya seorang manusia hidup didunia, pasti tak luput dari maut yang menjemput. Tak terkecuali Hadhratus Syaikh sebagai manusia biasa, beliau dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada malam Ramadhan, tepatnya tanggal 7 Ramadhan 1366 H.bertepatan dengan 21 Juli 1947 M.
* Kepergian Hadhratus Syaikh untuk salama-lamanya bukan hanya membawa kesedihan bagi umat Islam Indonesia, Luar negeri pun turut berduka. Mereka merasa sangat kehilangan seorang tokoh yang mereka banggakan.

Semoga apa yang beliau tempuh selama hidupnya dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan. Dan semoga dengan kepergian Kiai Hasyim, akan muncul Hasyim Asy’ari- Hasyim Asy’ari yang lain, baik dari dzuriyah, kerabat, santri maupun kaum muslimin. Amin Ya Rabbal ‘Alamiin.
(Khulasah manaqib ini disampaikan pada kegiatan diklat Ahlus Sunnah wal jama’ah di Ponpes Al-Mubarok, Medono, Pekalongan. bulan Ramadhan 1433 H).


*Penulis adalah pengasuh Ponpes Al-Mubarok, Medono, Pekalongan.




Redaksi memohon kepada pembaca yang budiman untuk mendoakan penulis agar diberi umur yang panjang dalam sehat dan afiyat serta istiqomah didalam berjuang untuk agama Allah.(redaktur)

0 komentar

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
INGAT, PEMILU / PILKADA JANGAN GOLPUT :
SATU SUARA ADALAH SATU HARAPAN JIKA SATU SUARA TERBUANG BERARTI SATU HARAPAN HILANG
JIKA ANDA GOLPUT ANDA KEHILANGAN KESEMPATAN MEMPERBAIKI BANGSA INI

PEMBERITAHUAN LAMAN INI MENERIMA SUMBANGAN ARTIKEL KEASWAJAAN, KEBANGSAAN DAN KEINDONESIAN Kirimkan Artikel anda ke : alhasan-petarukan@gmail.com